Daftar Pekerjaan yang Akan Hilang dengan Segera
Setiap zaman memiliki tantangannya masing-masing, termasuk zaman digital seperti sekarang ini. Jika tak mau berdaptasi, maka bukan hanya tersisih, anda bisa terdegradasi permanen. Mengapa demikian? Jawabannya sangat mudah, teknologi.
Perkembangan teknologi dewasa ini benar-benar sangat menakjubkan. Semakin hari, semakin banyak penemuan yang tentu saja makin mempermudah kinerja manusia. Hal-hal yang di masa lalu terasa sangat ribet dan memberatkan, hari ini benar-benar terlihat sangat ringan.
Lihat saja AI. Sekarang banyak sekali bidang pekerjaan yang perlahan tapi pasti mulai menggunakan AI atau artificial Intelligence. Begitupula dengan semakin mudahnya setiap orang mengakses internet yang ternyata juga berdampak pada banyak sekali profesi konvensional.
Sebut saja mendapatkan informasi. Dahulu kita harus menunggu sampai esok pagi, hanya untuk mengetahui apa yang terjadi hari ini. Sekarang, melalui jutaan situs internet, apa yang sedang terjadi langsung bisa disaksikan jutaan pasang mata.
Tetapi ternyata hal ini menciptakan tantangan tersendiri. Banyak pekerjaan yang kemudian diserahkan kepada mesin, baik seluruhnya maupun sebagian. Tentu hal ini terasa sangat menguntungkan, baik bagi perusahaan maupun masyarakat, karena harga produksi bisa berkurang. Tetapi bagaimana dengan para pekerja itu sendiri?
daftar pekerjaan yang akan hilang |
Berikut adalah beberapa pekerjaan yang bukan hanya terancam, tetapi mungkin sedang dalam proses mesinisasi. Mungkin beberapa diantaranya begitu familiar dengan kita.
Teller Bank
Sebenarnya, bukan hanya teller, melainkan hampir semua jenis perkerjaan perbankan. Canggihnya sistem IT dan kecerdasan buatan dirasa lebih efektif untuk menangani bisnis perbankan. Mungkin anda tidak percaya, tetapi yang setuju dengan pendapat ini bukan sembarang orang. Dia adalah Vikram Pandit, mantan petinggi Citigroup.
Fakta bahwa semakin gandrungnya para nasabah menggunakan ATM, e-banking atau mobile banking tidak bisa dipungkiri. Bahkan menurut Djamil Nainggolan, jumlah transaksi manual semakin menurun dan pada tahun 2014 hanya tinggal 10%.
Tentu bagi sebagian orang yang akrab dengan gadget, ini terdengar biasa saja. Tapi bagaimana dengan para pekerja lapangan yang menyadari fenomena ini?
Axel Lehmann, seorang direktur UBS, sebuah bank raksasa dari Swiss, juga mengamininya. Walau terdengar pasrah, sebenarnya terbersit rasa jengkel dari pria lulusan Universitas St. Gallen ini mengatakan, 'teknologi akan memakan 'kue' kami'. Tetapi bagi masyarakat pada umumnya, ini hanyalah sebuah proses berbagi kue yang lebih adil. Terimakasih teknologi.
Broker
Jangan salah, profesi broker bukan hanya para insan necis yang bergentayangan di lantai bursa, tapi juga blantik sapi, agen properti, makelar tanah hingga pedagang barang antik. Semakin mudahnya orang mengakses informasi melalui gadget, akan memutus mata rantai dari objek ke konsumen. Akibatnya, para broker akan kesulitan.
Ketik saja info tanah di jual, maka akan muncul jutaan tulisan yang sangat menarik, dan banyak diantaranya terlabel dengan mantra keramat; Tanpa Perantara, sebuah label yang mirip sangkakala kiamat bagi beberapa orang.
Sebenarnya, dengan teknologipun, broker bisa makin dahsyat dalam beraksi. Sayangnya, tidak semua mau menggunakan ini. Tetapi berita baiknya, harga menjadi lebih murah, karena lolos dari komisi perantara.
Tidak semua broker itu jelek, bahkan broker pada dasarnya adalah seorang superhero bagi mereka yang terjangkit virus canggung bersosialisasi atau kurang update. Broker bisa muncul selayaknya agen CIA dengan file Top Secret, lalu kemudian beralih menjadi negosiator ulung yang menengahi pembeli dan penjual.
Tapi beberapa situs ternyata juga memiliki kesaktian yang sama, bahkan lebih sakti lagi, bisa diakses 24 jam, ketika si broker lagi asyik kumpul dengan keluarga atau bermimpi indah jalan-jalan di Lautan Teduh dengan kapal pesiarnya.
Wartawan/Penulis Artikel/Penulis Konten
Sebenarnya ini kurang tepat. Wartawan itu abadi, selama orang masih butuh informasi. Sayangnya kini dunia media sedang terjangkiti virus yang membahayakan, Wartawan turun kasta. Ya, wartawan yang dahulu sangat angker dan wah, kini turun kasta menjadi kontributor. Bahkan lebih parah lagi, netizen.
Padahal term-term di atas sungguh berbeda, walau garis besarnya mirip. Tapi apa mau dikata, lebih banyak orang yang ingin menulis, walau itu hoax, daripada menyajikan fakta berkaidah jurnalistik. Dan jangan lupa, gabungan Kompas, Jawa Post, KR, PR, SP, sampai semua tribun lokal di seluruh nusantara tidak ada yang bisa mengalahkan Facebook.
Facebooklah media arus utama sebenarnya. Entah itu dengan akun asli, setengah asli, atau palsu, mulai muncul banyak kontributor dadakan, terutama ketika ada isu politik yang layak goreng. Lantas bagaimana dengan profesi jurnalis yang sebenarnya? Apakah pada akhirnya mereka benar-benar kehilangan panggung?
Bisa dikatakan sekarang dengan modal internet dan medsos, setiap orang bisa jadi wartawan. Apapun bisa viral.
Terlebih sekarang ada AI semacam Chat GPT dan Google Bard yang mampu memproduksi artikel dengan cepat namun tetap ramah bagi pembaca.
Agen Wisata
Liburan nampaknya menjadi gaya hidup kekinian para milenials dan generasi alpha. Hanya seharipun, tetap diisi dengan liburan. Harusnya ini menambah rejeki para agen travelling. Tetapi ingat, ada kompetitor yang tangguh dan bukan hanya satu!
Peegipegi, Traveloka, Airyroom hanyalah tiga dari sekian situs yang berpotensi me-PHK para agen wisata. Semua fasilitas lengkap, mulai dari pilihan destinasi, urusan tiket, alternatif hotel hingga info penunjang. Hebatnya lagi, situs tersebut ditengarai memiliki amusi finansial yang besar, sehingga mampu beriklan dimanapun. Bahkan si biru Traveloka bisa bikin liga sepakbola. Sungguh sebuah kompetisi yang tidak adil bukan?
Manusia Vs Teknologi?
Tentu jika perkembangan teknologi dan segala penemuan luar biasa ini makin menjadi-jadi, bisa saja daftar di atas harus ditambah. Seorang dokter humanoid, penasihat hukum digital dan arsitek cyber? Bahkan bisa jadi guru akan digantikan oleh teknologi. Terdengar aneh? Mungkin iya, tapi bukan tidak mungkin, khan?
Ingat, sekarang sistem navigasi pesawat terbang sudah makin canggih. Mobil autopilot juga bukan sekedar impian. Lalu dukun digital? Jangan tertawa, anda kenal google dan kecerdasannya yang luar biasa, khan? Bahkan mungkin dialah profesor sebenarnya yang cerdas walau tanpa kuliah.
Menggelisahkan memang, tetapi bukankah kemajuan zaman adalah sebuah keniscayaan? Mampukah kita melawannya? Seberapa kuat kita mampu menghadang takdir? Atau sebaliknya, mengapa kita tidak justru meningkatkan kualitas diri kita melalui teknologi, lantas berkembang lebih dari sebelumnya.
Ingat kawan, kita manusia, kita yang menciptakan teknologi. Selama kita mau, kita pasti mampu menjaga produktivitas, kreativitas dan passion kita. Kuncinya hanya satu, kemauan.
Posting Komentar untuk "Daftar Pekerjaan yang Akan Hilang dengan Segera"