Widget HTML #1

Panduan Metode TPR Beserta Contoh Pembelajaran Online dan Offline

Metode TPR - Salah satu metode yang paling populer dalam dunia pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa asing adalah TPR atau Total Pyhsical Responses

Tapi, sebenarnya apa itu TPR dan bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan, khususnya di dalam kelas? Benarkah ada kelebihan dan kekurangan dari metode ini? 

Dalam artikel ini, kita akan belajar bersama semua hal terkait metode TPR, baik itu pengertian, tujuan, kelebihan, kekurangan dan contoh pelaksanaan.

TPR
TPR

Apa itu TPR? Jadi TPR atau yang dikenal dengan total physical response adalah salah satu metode penting dalam mengajarkan kosakata bahasa asing kepada para siswa. 

Sebenarnya bukan hanya digunakan sebagai metode pembelajaran bahasa Inggris saja, TPR juga bisa untuk membantu dalam mengajarkan bahasa asing lainnya, misal cara mengajarkan Bahasa Mandarin, bahasa Jawa, Bahasa Rusia, atau yang lainnya. Bahkan lebih dari itu, TPR juga bisa diterapkan untuk mengajar PJOK, menari maupun sains.  

Metode TPR (Total Physical Responses)

Pengertian TPR

Seperti diketahui, metode TPR dikembangkan oleh Profesor James Asher dari Universitas San Jose, California. Bagi Profesor Asher, anak sebagai peserta didik akan merespon sebuah perintah secara fisik sebelum melakukannya dengan verbal. Inilah inti dari TPR. 

Mengenai arti TPR, ada beberapa referensi yang bisa dijadikan acuan penting. Pertama, definisi TPR menurut Jack Richards dalam bukunya yang berjudul Approaches and Methods in Language Teachings yang ditulis bersama dengan Theodore Rodgers, yang menyebutkan bahwa metode TPR adalah sebuah metode pembelajaran bahasa yang berbasis pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action) serta aktivitas fisik (motorik). 

Definisi TPR lainnya datang dari Diane Larsen-Freeman dalam bukunya yang berjudul Technique and Principles in Language Teaching, yang ia tulis bersama Marti Anderson. Di situ, Diane menulis bahwa TPR sebagai comprehension approach, yakni sebuah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan pemahaman / memahami perintah.

Jadi inti dari TPR adalah pemberian perintah, instruksi atau narasi yang dipadukan dengan gerakan fisik untuk memancing pemahaman siswa melalui respon fisik atau verbal terhadap bahasa baru. 

Kelebihan dan Kekurangan TPR

Ada banyak sekali artikel yang membahas tentang metode ini, termasuk kelebihan dan kekurangan serta manfaat metode TPR. Di sini kami akan menuliskan kembali beberapa untuk Anda. Meski demikian, silahkan mempraktikan terlebih dahulu agar benar-benar memahami keunggulan dan kelemahan total physical response sebagai contoh metode pembelajaran di sekolah.

Kelebihan TPR 

Sebagai metode pengajaran bahasa, TPR memiliki beberapa keunggulan yang luar biasa, antara lain : 

1. Mengurangi Kecemasan dalam Belajar Bahasa Asing

Metode TPR mengadopsi pendekatan yang menyenangkan dan santai dengan melibatkan gerakan fisik sebagai respons terhadap perintah verbal. Hal ini membuat peserta didik tidak merasa tertekan ketika mempelajari bahasa baru. Mereka tidak dipaksa langsung untuk berbicara, melainkan cukup memahami instruksi dan merespons dengan tindakan fisik. Pendekatan ini sangat membantu peserta didik yang cemas berbicara di depan umum atau takut membuat kesalahan. Selain itu, suasana kelas yang interaktif dan menyenangkan membuat belajar menjadi seperti bermain, sehingga rasa percaya diri peserta didik meningkat secara alami.

2. Meningkatkan Daya Ingat dan Pemahaman

Ketika peserta didik mengaitkan kata atau frasa tertentu dengan gerakan fisik, mereka lebih mudah mengingatnya. Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia bekerja lebih efektif dalam menyimpan informasi yang melibatkan pengalaman multisensor, seperti gerakan, suara, dan visual. Misalnya, saat guru menginstruksikan "stand up" sambil berdiri, peserta didik secara otomatis mengingat hubungan antara tindakan berdiri dan perintah tersebut. Aktivitas fisik ini membantu membangun hubungan yang kuat antara bahasa dan makna, sehingga meningkatkan pemahaman jangka panjang.

3. Meningkatkan Partisipasi Aktif

Dalam TPR, seluruh peserta didik diajak untuk merespons instruksi dengan gerakan fisik. Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang dinamis di mana semua peserta didik terlibat aktif. Metode ini sangat efektif, terutama bagi siswa yang cenderung pasif atau kurang percaya diri. Dengan adanya keterlibatan aktif, suasana kelas menjadi lebih hidup, dan interaksi antara guru dan siswa menjadi lebih erat. Partisipasi aktif juga meminimalkan kebosanan karena siswa secara langsung bergerak, berpikir, dan belajar secara bersamaan.

4. Cocok untuk Berbagai Usia dan Tingkat Kemampuan

Metode TPR bersifat fleksibel dan dapat diterapkan untuk semua kelompok usia, mulai dari anak-anak prasekolah hingga orang dewasa. Anak-anak sering kali menikmati aktivitas berbasis gerakan, sementara orang dewasa merasa terbantu oleh pendekatan yang tidak terlalu formal ini, terutama saat mereka baru memulai belajar bahasa. Selain itu, TPR juga efektif untuk siswa dengan berbagai tingkat kemampuan bahasa, termasuk mereka yang belum memiliki pengetahuan dasar bahasa target. Dengan menyesuaikan tingkat kesulitan instruksi, guru dapat mengajarkan bahasa kepada pemula maupun pelajar tingkat lanjut.

5. Mendukung Pembelajaran Multisensori

TPR mengintegrasikan berbagai jenis indera dalam proses pembelajaran, terutama pendengaran (audio) dan gerakan (kinestetik). Metode ini sangat bermanfaat bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar berbeda. Misalnya, siswa kinestetik akan merasa lebih nyaman dengan metode yang melibatkan gerakan, sementara siswa audio akan mendapat manfaat dari mendengarkan instruksi verbal. Dengan pendekatan multisensori, setiap siswa memiliki peluang yang lebih besar untuk memahami dan mengingat materi dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka.

Total Physical Response (TPR) adalah metode pembelajaran yang inovatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan memanfaatkan gerakan fisik sebagai bagian dari pembelajaran bahasa, TPR tidak hanya meningkatkan retensi dan pemahaman, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang interaktif dan inklusif. Metode ini sangat cocok untuk diterapkan di berbagai tingkat pendidikan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa, sehingga menjadikannya alat yang berharga bagi para pendidik.

Kelemahan TPR 

Meski demikian, ada beberapa kekurangan TPR, yakni:

1. Terbatas untuk Materi Pembelajaran yang Konkret

Metode TPR sangat efektif untuk mengajarkan kosakata dasar, seperti tindakan (contoh: "stand up," "sit down") atau kata benda yang dapat dirujuk secara fisik (contoh: "pen," "book"). Namun, TPR kurang optimal untuk materi pembelajaran yang lebih abstrak, seperti konsep tata bahasa, frasa idiomatik, atau kosakata teknis yang tidak memiliki hubungan langsung dengan tindakan fisik. Misalnya, konsep seperti "freedom," "justice," atau "responsibility" sulit untuk diajarkan melalui gerakan. Akibatnya, guru perlu mencari cara lain untuk melengkapi metode ini ketika menghadapi materi yang lebih kompleks.

2. Membutuhkan Banyak Persiapan dan Energi dari Guru

Pelaksanaan TPR yang efektif memerlukan kreativitas dan energi tinggi dari guru. Guru harus merancang kegiatan yang menarik dan relevan dengan materi pembelajaran, termasuk menciptakan gerakan-gerakan yang sesuai dengan setiap kata atau frasa yang diajarkan. Selain itu, guru harus mampu memimpin kelas dengan semangat untuk menjaga antusiasme peserta didik. Hal ini dapat menjadi tantangan, terutama jika guru harus mengajar kelas besar atau memiliki jadwal yang padat. Jika guru kehabisan ide atau energi, efektivitas metode ini bisa menurun.

3. Kurang Efektif untuk Kelompok Siswa Lanjut Usia atau dengan Gaya Belajar Tertentu

Meskipun TPR cocok untuk sebagian besar siswa, tidak semua peserta didik nyaman dengan pendekatan berbasis gerakan. Siswa yang lebih tua atau dewasa mungkin merasa metode ini terlalu "kekanak-kanakan" atau kurang serius, sehingga mereka tidak sepenuhnya terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa yang memiliki gaya belajar visual atau membaca/menulis mungkin tidak mendapatkan manfaat maksimal karena metode ini lebih berfokus pada gerakan dan pendengaran.

4. Memerlukan Ruang dan Kondisi Kelas yang Mendukung

Untuk melibatkan siswa dalam kegiatan fisik, ruang kelas perlu cukup luas dan bebas hambatan. Jika kelas terlalu kecil atau penuh dengan meja dan kursi, peserta didik mungkin kesulitan bergerak secara leluasa. Selain itu, TPR sulit diterapkan di kelas dengan banyak siswa, karena guru akan kesulitan memantau dan memastikan setiap siswa berpartisipasi aktif. Suasana kelas yang ramai atau kebisingan dari kegiatan fisik juga bisa mengganggu proses pembelajaran.

5. Ketergantungan pada Guru Sebagai Pengarah Utama

TPR sangat bergantung pada peran guru untuk memberikan instruksi dan menciptakan suasana belajar yang interaktif. Jika guru tidak memberikan instruksi yang jelas atau tidak menunjukkan gerakan dengan benar, siswa mungkin kebingungan dan tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain itu, metode ini cenderung membuat siswa pasif dalam aspek kognitif karena mereka lebih fokus pada mengikuti instruksi fisik daripada berpikir kritis atau kreatif. Hal ini dapat membatasi pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

6. Tidak Efektif untuk Kelas dengan Beragam Tingkat Kemampuan Bahasa

Di kelas dengan tingkat kemampuan bahasa yang beragam, TPR mungkin sulit diterapkan karena siswa dengan pemahaman bahasa yang lebih tinggi merasa bosan dengan materi dasar, sementara siswa dengan kemampuan rendah mungkin kesulitan mengikuti instruksi. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan beberapa siswa kehilangan motivasi dan tidak mendapatkan manfaat maksimal dari pembelajaran.

7. Kurangnya Pengembangan Keterampilan Menulis dan Membaca

Karena fokus utama TPR adalah pada pemahaman lisan dan respons fisik, metode ini tidak memberikan perhatian yang cukup pada pengembangan keterampilan menulis dan membaca. Siswa yang hanya diajarkan melalui TPR mungkin kesulitan saat harus membaca atau menulis dalam bahasa target, terutama jika metode ini tidak dilengkapi dengan strategi pembelajaran lain yang mendukung keterampilan literasi.

Meskipun metode TPR menawarkan banyak keunggulan, seperti menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan daya ingat, penggunaannya memiliki keterbatasan yang perlu dipertimbangkan oleh guru. Untuk mengatasi kekurangan ini, guru dapat mengombinasikan TPR dengan metode pembelajaran lain yang lebih cocok untuk mengajarkan konsep abstrak, meningkatkan keterampilan literasi, dan memenuhi kebutuhan siswa dengan gaya belajar yang berbeda. Dengan pendekatan yang seimbang, TPR dapat tetap menjadi bagian efektif dari strategi pengajaran yang komprehensif.

Penerapan TPR dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Total Physical Response
Total Physical Response

Lantas seperti apa aplikasi dan contoh penerapan TPR dalam PBM? Tentu saja pertanyaan seperti ini wajar dan justru di sinilah bagian terpentingnya.

Dalam kesempatan ini, esaiedukasi.com akan berbagi aktivitas pembelajaran berbasis metode TPR. Semoga bermanfaat untuk Anda semua.

Simon Says

Teknik pembelajaran menggunakan Simon says sudah sangat terkenal di dunia pendidikan dan rasa-rasanya setiap guru pernah melakukannya. Simon says sendiri adalah contoh penerapan dari TPR. 

Simon says dapat berfungsi sebagai games yang menyenangkan sehingga mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Di samping itu, teknik ini juga cocok sebagai instrumen penilaian, yakni ketepatan siswa dalam merespon informasi yang diberikan. Guru bisa memasukkannya sebagai penilaian KI 3 ataupun KI 4. 

Dalam pembelajaran bahasa asing dan bahasa Indonesia, Simon Says bisa digunakan untuk menunjukkan tingkat pemahaman siswa tentang kosakata yang sedang dibahas, semisal clothes, part of body, ataupun things at school.

Dalam games atau metode Simon Says, siswa hanya melakukan apa yang diperintahkan guru, namun tidak diperkenankan berbicara. 

Sebagai contoh : 

  • Guru meminta siswa berdiri. 
  • Guru memberi instruksi, "Simon Says put your pen on your head." Seluruh siswa mengikuti.
  • Ketika guru memberi perintah tetapi tanpa frasa Simon Says, siswa tidak boleh melakukan.
  • Siswa yang gagal melakukan sesuai aturan akan diberi hukuman. 

Dalam mata pelajaran lainnya, Simon says juga bisa digunakan sebagai sarana pengajaran yang menarik serta efektif. Berikut adalah contoh penerapan Simons Says dalam mapel sains, olahraga, ataupun PKN.

1. Sains (topik : batuan)

Tujuan : Siswa memahami bentuk dan ciri-ciri berbagai jenis batuan beku, sedimen dan endapan dengan tepat.

Alat dan Bahan : aneka jenis batuan.

Prosedur :  Guru memberikan berbagai jenis batuan di atas meja. Guru kemudian memanggil salah satu siswa. Lalu guru berkata, "pegang batu marmer", dan seterusnya. 

2. Olahraga (topik : bagian tubuh)

Tujuan : Siswa memahami letak dan jenis-jenis tulang dalam tubuh manusia. 

Alat dan Bahan : replika kerangka manusia.

Prosedur : Guru memberikan replika tengkorak. Guru kemudian memanggil salah satu siswa. Lalu guru berkata, "pegang tulang kering", dan seterusnya. 

3. Biologi (topik : tumbuhan)

Tujuan : Siswa memahami perbedaan aneka tumbuhan berdasarkan cara perkembanbiakan, bentuk daun, keberadaan biji, tempat hidup, dll. 

Alat dan Bahan : berbagai jenis daun.

Prosedur : guru memberikan berbagai jenis daun di atas meja. Guru kemudian memanggil salah satu siswa. Lalu guru berkata, "ambil daun dari tumbuhan monokotil", dan seterusnya. 

Mime 

Mime atau miming adalah teknik yang biasa digunakan untuk mengajarkan kosakata atau kalimat pendek kepada para siswa.

Sebagai contoh penerapan TPR, mime cukup efektif untuk menghadirkan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Lantas bagaimana prosedur pelaksanaannya? Ternyata mirip dengan Simon Says, yakni : 

  1. Guru memanggil dua orang siswa.
  2. Siswa pertama diberi sebuah kalimat di kertas, misalnya "Saya sedang memasak".
  3. Siswa tersebut harus membuat gerakan (mimik/mime) yang sesuai dengan kalimat tersebut.
  4. Siswa lainnya mencoba menebak apa kalimat yang dimaksud. 

Anda bisa memodifikasi kegiatan ini, misalkan dengan mengharuskan siswa yang menebak untuk melakukannya dengan menuliskan di papan tulis. Atau dengan meminta lebih dari dua siswa untuk menebak. Siswa dengan tebakan benar akan mendapatkan nilai.

Selain kegiatan individu, siswa juga bisa melakukan aktivitas ini secara berkelompok. Satu orang akan menjadi master mime, sedang kelompok-kelompok akan mencoba untuk menebak. 

Story-telling

Bercerita atau story-telling juga merupakan salah satu contoh aplikasi TPR dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk hal ini, memang lebih cocok diterapkan dalam pelajaran kebahasaan. 

Dalam kegiatan kali ini, guru mengajarkan kosakata baru dengan bercerita. Sambil bercerita cobalah untuk melakukan gerakan-gerakan atau memasang mimik wajah yang sesuai dengan maksud / kosakata yang ada. 

Singing

Bernyanyi juga merupakan salah satu contoh aktivitas TPR dalam belajar. Beberapa lagu yang riang dan bertujuan untuk mengajarkan kosakata tertentu bisa dilagukan dengan juga melakukan tarian, act out, ataupun role play. Beberapa lagu yang bisa dicoba sambil memakai gerakan antara lain :

  • Old McDonald.
  • If you happy and you know it clap your hands.
  • Head, shoulders, knees and toes.
  • 1,2,3,4,5 jump.

Contoh TPR dalam Pembelajaran Online

Lalu bagaimana menerapkan TPR dalam pembelajaran online dimana tidak terjadi interaksi antara guru dan murid atau murid dengan murid kecuali menggunakan internet atau e-learning? Berikut beberapa ide dari Esai Edukasi yang mungkin bisa Anda lakukan : 

Simon Says

  1. Siswa dan guru sudah terhubung dalam jaringan melalui Google Meet atau Zoom.
  2. Guru menyebutkan sebuah perintah, Simon Says.
  3. Siswa dengan video menyala melakukan perintah tersebut.
  4. Siswa yang salah akan diberi hukuman bersifat menyenangkan dan pembinaan.

Mime

  1. Guru dan siswa terhubung dengan jaringan internet.
  2. Guru melakukan act-out, siswa menebak apa kata yang dimaksud dengan cara langsung menjawab atau menulis di kolom komentar.
  3. Siswa dengan jawaban paling cepat dan benar akan jadi pemenang.

Listen and Colour

  1. Guru sudah mengirimkan sebuah file berisi gambar tanpa warna untuk dicetak siswa.
  2. Guru ketika sedang terhubung dalam jaringan menceritakan warna-warna yang harus digunakan untuk mewarnai gambar tersebut.
  3. Siswa mendengarkan lalu mewarnai sesuai perintah.
  4. Hasil kerja siswa kemudian diupload di Google Classroom, LMS atau Paddlet.
Look and Guess!
  1. Guru dan siswa membahas daftar kosakata baru.
  2. Guru meminta salah satu siswa untuk melakukan act-out melalui pesan pribadi.
  3. Guru meminta siswa lainnya menebak arti dari gerakan yang dilakukan siswa tadi. 

Kesimpulan Metode TPR Sangat Baik

Contoh Aktivitas yang menggunakan metode TPR
CONTOH TPR

TPR atau total physical response sangat menarik untuk diaplikasikan ke dalam pembelajaran. Sebuah sebuah metode, TPR memiliki keunggulan dan kelemahan yang tentu saja harus dipertimbangkan.

Meski pada awalnya didesain untuk pembelajaran tatap muka, TPR juga bisa dikembangkan ke dalam pembelajaran on-line. 

Pertanyaan Kritis Terkait TPR

Mengapa TPR terlalu sering digunakan oleh guru-guru Bahasa Inggris maupun Bahasa Asing lainnya, seolah-olah ini merupakan satu-satunya metode untuk mengajar bahasa?

Tentu saja tidak. Ada banyak metode lainnya yang sama baiknya dengan TPR meski memang harus diakui metode ini terlihaat sangat overrated

Benarkah TPR hanya bisa digunakan untuk mengajar Bahasa Asing?

Meski hal ini tidak sepenuhnya salah, tetapi pada dasarnya sesuai dengan kapabilitas seorang pendidik, TPR bisa digunakan untuk berbagai subyek pembelajaran. 

Apakah TPR hanya bisa dilaksanakan secara onsite?

Tentu tidak karena sudah terbukti, saat mulai berkembangnya pembelajaran model hybrid dan blended learning, TPR juga bisa dilaksanakan secara online

Refleksi Tentang Metode TPR

Ada banyak sekali metode pembelajaran. Dalam pemilihan suatu metode, guru harus menggunakan berbagai pertimbangan, semisal kondisi siswa, ketersediaan sarana-prasarana, kecakapan guru dan tingkat kesulitan dari metode itu sendiri.

TPR sudah sangat populer dalam dunia pendidikan, dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Menguasai metode ini akan sangat membantu para guru untuk melaksanakan pembelajaran.  

Silahkan eksplorasi lebih lanjut artikel-artikel lain untuk informasi terkait metode dan model pembelajaran lainnya. Terima kasih sudah membaca. (Guritno Adi untuk esaiedukasi.com)

Guritno Adi
Guritno Adi Penulis adalah seorang praktisi, inovator dan pemerhati pendidikan. Memiliki pengalaman terjun di dunia pendidikan sejak 2007. Aktif menulis di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Blog yang sedang Anda baca adalah salah satu situs miliknya. Memiliki kerinduan untuk melihat generasi muda menjadi generasi pemenang yang siap menyongsong era Industri 4.0

Posting Komentar untuk "Panduan Metode TPR Beserta Contoh Pembelajaran Online dan Offline"