Menyambut Pembelajaran Tatap Muka : New Normal dan Inovasi yang Terpaksa
Keputusan pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuka kembali aktivitas tatap muka di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia sempat menimbulkan polemik. Meski demikian, hal tersebut patut diapresiasi.
Persiapan Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran Tatap Muka |
Berjuang di Tengah Cobaan
Sebagai insan yang cerdas dan beriman, kita tidak boleh terus menerus hidup dalam keterbatasan apalagi ketakutan yang berkepanjangan. Inovasi dan mitigasi yang selama ini dibuat, dirancang, diujicobakan serta sebentar lagi dipraktikkan adalah bukti bahwa kita, manusia Indonesia yang berpedoman pada Pancasila, senantiasa berjiwa tangguh dan tidak menyerah pada keadaan.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran tatap muka secara nasional digelar, telah dilakukan berbagai hal-hal yang menunjang hal tersebut, antara lain :
- Program vaksinisasi nasional yang mencakup semua elemen warga bangsa.
- Pembiasaan dan pembudayaan kebiasaan baru atau new normal secara serentak.
- Pembentukan sistem penanggulangan pandemi, termasuk diantaranya adalah mendirikan rumah sakit khusus dan tempat penyembuhan / isolasi bagi penderita corona.
Tiga hal di atas termasuk hal-hal yang lain adalah serangkaian tindakan terukur dan terencana yang patut didukung oleh segenap elemen bangsa demi keberlanjutan roda pembangunan dan ekonomi nasional.
New Normal dan Protokol Kesehatan
Tidak ada sistem yang sempurna, termasuk mungkin serangkaian konsep dan rencana yang telah dan akan dibuat demi menyambut pembukaan kembali sekolah-sekolah secara luring.
Tentu protokol kesehatan masih harus diberlakukan, namun perlu disadari bersama, pembenahan maupun perbaikan juga adalah dua hal yang harus dilakukan, khususnya apabila keadaan dan kenyataan di lapangan berbeda dengan apa yang direncakanan.
Beberapa hal dari protokol kesehatan yang perlu mendapat perhatian antara lain :
- Jam Belajar. Seperti kita ketahui, akan ada penyesuaian jam belajar dimana terjadi 'pemampatan' atau pengurangan aktivitas di sekolah. Kita tentu berharap agar pembelajaran bisa maksimal, jam belajar tetap dikembalikan seperti semula. Untuk menuju ke sana, memang tidaklah mudah. Meski demikian, apapun yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud tetap patut didukung di samping juga ikut memikirkan upaya perbaikan yang mungkin bisa dilakukan.
- Pengurangan Aktivitas Fisik. Dalam protokol kesehatan, social distancing dan physical distancing merupakan dua hal yang penting dan harus dipatuhi. Lantas hal ini menimbulkan polemik ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa beberapa mata pelajaran seperti menari, kriya, dan olahraga juga adalah bentuk-bentuk aktivitas yang penuh dengan sentuhan fisik. Tentu kita semua berharap agar peserta didik tetap mendapatkan pelayanan maksimal. Untuk itu hal ini perlu segera dipikirkan dengan matang.
- Pendidikan Anak Usia Dini. PAUD, TK dan KB adalah lini yang mendapatkan pukulan paling telak dalam pandemi ini. Orang tua yang memiliki anak usia dini harus 'dipaksa' merubah kebiasaan dan jadwal kegiatan mereka demi bisa menemani buah hati dalam melakukan pembelajaran daring. Hal inipun juga patut menjadi perhatian, apakah nantinya mereka tetap akan mengkombinasikan daring dan luring atau kembali seperti keadaan semula?
Tentu selain tiga hal di atas, masih banyak lagi dinamika yang berkembang seiring dengan makin dekatnya waktu pelaksanaan pembelajaran tatap muka secara serentak. Terlebih jika kita melihat berita, ternyata di beberapa daerah mulai muncul 'ledakan penyebaran Covid 19' yang cukup merisaukan. Berita-berita semacam ini yang kemudian disebarkan secara luas di internet, media sosial ataupun pesan berantai jelas-jelas meresahkan warga.
Inovasi Pembelajaran : Keterpaksaan Berbuah Keberhasilan
Apapun yang terjadi di lapangan, termasuk pro-kontra yang selama ini terjadi terkait e-learning dan pembelajaran daring, semua elemen bangsa harus memberikan apresiasi kepada pemerintah, sekolah dan juga wali murid.
Bencana Corona ini telah berhasil memaksa kita sebagai bangsa yang tadinya belum begitu familiar dengan aneka teknologi informasi dan inovasi pendidikan jarak jauh, harus belajar untuk mengadaptasinya dalam keseharian. Tentu ini sesuatu yang tidak mudah.
Untuk itu kami mengajak semua elemen bangsa, pertama-tama, memberi apresiasi terhadap diri sendiri atas perjuangan yang tidak mudah tersebut. Hampir 2 tahun kita hidup dengan pandemi dan berupaya keras mencari solusi pembelajaran di tengah situasi yang tidak gampang. Tentu ini layak disebut sebagai prestasi tersendiri.
Meski demikian, harus disadari banyak sekali problematika terkait penggunaan metode pembelajaran daring ini. Beberapa dinamika yang sempat dirasakan antara lain :
- Kurang tanggapnya sumber daya manusia, baik siswa, sekolah maupun orang tua dalam melaksanakan pendidikan daring.
- Adanya kesenjangan yang luar biasa dari sekolah-sekolah yang sudah dilengkapi berbagai sarana penunjang kegiatan online learning dengan yang sama sekali tidak memilikinya.
- Semua pihak masih mencari model pembelajaran dan pendekatan pengajaran yang paling cocok di tengah situasi yang rumit dan serba baru seperti sekarang ini.
Beberapa hal di atas tentu hanyalah semacam gambaran kasar. Ada banyak sekali hal-hal lain yang mungkin perlu diungkapkan lebih lanjut agar bisa dibenahi bersama.
Jangan Kembali Ke Nol
Andaikan nanti pembelajaran tatap muka terlaksana, satu hal yang wajib untuk mendapat perhatian adalah jangan sampai kembali ke kondisi semula dan meninggalkan semua inovasi yang selama ini sudah dicapai.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah :
- Tetap melaksanakan blended learning, yakni suatu model pembelajaran yang menggabungkan kegiatan belajar daring dan luring. Hal ini dirasa sebagai sebuah terobosan yang layak untuk diteruskan, dikembangkan dan diperbaharui agar makin memberikan efek yang maksimal berupa peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
- Melakukan flipped classroom sebagai sebuah metode ajar yang baik untuk semakin meningkatkan kualitas kegiatan belajar di sekolah-sekolah.
- Penggunaan teknologi informasi berupa aplikasi, perangkat lunak maupun sistem belajar yang terintegrasi internet juga harus semakin dibiasakan. Memasyarakatkan hal ini tidak lain adalah juga sebagai upaya mentransformasikan dunia pendidikan Indonesia ke arah baru yang lebih baik.
- Upaya berbagai pihak dalam mendukung program belajar dari rumah seperti yang selama ini ada berupaya pemberian subsidi kuota internet, pembelajaran lewat saluran televisi, serta pelaksanaan tes berbasis internet juga harus diteruskan bahkan ditingkatkan.
Persepsi yang Harus Diubah
Kita sudah melangkah cukup jauh. Meskipun masih jauh dari target. Dengan adanya pandemi maka semakin banyak pihak menyadari pentingnya integrasi dunia pendidikan dan teknologi. Persepsi baru pun terbit. Kini belajar tidak lagi harus di dalam ruang kelas.
Persepsi ini harus dipertahankan dan bahkan dikembangkan, bahwasanya belajar bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Revolusi dan reformasi pendidikan harus terus digaungkan demi terwujudnya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.
Persepsi berikutnya yang harus diubah adalah guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Ini harus dipatahkan. Ternyata ada berbagai sumber dan media pembelajaran yang bisa menarik minat siswa. Kini anak-anak bisa juga belajar dari Youtube, LMS, situs edukasi bahkan lingkungan sekitar.
Penggunaan metode ajar yang monoton juga harus dibuang jauh-jauh. Guru harus melakukan active learning demi bisa meningkatkan potensi yang dimiliki siswa.
Refleksi Nasional
Refleksi dan Persepsi |
Pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan mutlak adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah ataupun Kemendikbud. Jika bukan kita, siapa lagi. Jika bukan sekarang, kapan lagi. Untuk itu, sambil menyambut era baru peradaban yang terbit paska serangan badai akibat pandemi, mari bersama bulatkan tekad untuk lebih peduli dan melakukan aksi nyata bagi kemajuan bangsa. Khususnya di bidang pendidikan.
Posting Komentar untuk "Menyambut Pembelajaran Tatap Muka : New Normal dan Inovasi yang Terpaksa"