Teori Belajar Behaviorisme, Pengertian dan Penerapannya
Teori belajar behaviorisme adalah salah satu teori pembelajaran terpenting. Meski sudah muncul sejak abad 18, namun hingga saat ini intisari dan konsep teori behavioristik tersebut masih terus digali, dipelajari, dibedah, dianalisa dan tentu saja dikembangkan.
Seturut dengan perkembangan jaman, pada akhirnya muncul banyak teori baru. Beberapa diantaranya merupakan antitesa dari teori pembelajaran behavioristik yang dianggap sudah tidak relevan lagi.
Perkembangan teori-teori pendidikan, khususnya sejak semakin mudahnya teknologi dikonsumsi oleh masyarakat luas, ternyata tidak sedikitpun menggeser minat para pendidik dan mereka yang berkecimpung di bidang psikologi anak maupun pedagogi terhadap behaviorisme.
Teori Belajar Behaviorisme |
Seperti apa sebenarnya pengertian dari teori behaviorisme? Bagaimana sejarah dan latar belakang kemunculannya? Lantas bentuk pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan konsep behavioristik tersebut?
Pengertian Teori Behaviorisme
Ada banyak sekali penjelasan dan pengertian dari teori behaviorisme merujuk pada pemikiran para ahli. Beberapa diantaranya dianggap menjadi definisi teori behavioristik meski sebagai sebuah terminologi, hal itu tidaklah mutlak.
Teori belajar behaviorisme sendiri adalah sarana untuk menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana hubungannya dengan upaya atau kondisi yang melingkupi peserta didik.
Definisi Teori Behavioristik Menurut Para Ahli
Penjelasan pertama tentang apa itu behaviorisme datang dari Edward Lee Thorndike. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respons adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
Sedangkan menurut John B. Watson adalah bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respons, namun stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Hal ini menarik karena ternyata Watson bisa digolongkan sebagai seorang behavioris murni atau konservatif.
Penjelasan selanjutnya datang dari seorang psikolog terkemuka Amerika Serikat kelahiran New York, yakni Clark Leonard Hull. Jadi Hull menguraikan bahwasannya kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respons yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Ini menarik karena Hull mengkaitkan teori pembelajaran dan psikologi dengan unsur-unsur pemenuhan biologis manusia.
Sedikit berbeda namun tetap terkait respon dan stimulus, penjelasan selanjutnya datang dari Burrhus Frederic Skinner. Psikolog yang dikemudian hari melahirkan konsep operant conditioning itu memiliki pendapat bahwa terdapat hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan suatu individu atau subyek terjadi melalui interaksi dengan lingkungan.
Respon yang ditunjukkan pun tak seluruhnya merupakan hasil dari rangsangan yang ada, tetapi karena interaksi antara stimulus yang menghasilkan respon. Jadi Skinner mengungkapkan bahwa respon pada hakikatnya menghasilkan konsekuensi. Nantinya konsekuensi akan menciptakan atau memunculkan perilaku.
Tidak jauh dari stimulus dan respon, Edward Ray Guthrie menguraikan jika belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah kondisi stimulus sedangkan tidak ada respons lain yang dapat terjadi. Uniknya dia berpendapat bahwa penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respons yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respons, lebih lanjut menurut Guthrie, bersifat sementara sehingga dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respons bersifat lebih kuat dan menetap.
Eksperimen oleh Thorndike, Pavlov dan Skinner
Secara lebih lanjut bisa dilihat dari tabel di bawah ini mengenai definisi dan pengertian pembelajaran berbasis behavioristik dari pada ahli :
Tokoh | Konsep Teori Behavioristik |
Edward Lee Thorndike | Thordnike sangat menekankan adanya hubungan antara stimulus dan respon serta kaitannya dengan hasil belajar. Dalam percobaannya, Thorndike memasukkan seekor kucing ke dalam sebuah kandang. Kucing itu diperlihatkan makanan yang ada di luar kandang. Ia juga menaruh sebuah kenop yang jika disentuh akan membuka jalan menuju makanan tersebut. Ia mengamati bahwa pada awalnya kucing tadi bergerak tanpa kendali sebagai responnya melihat makanan. Lalu tanpa sengaja ia menyentuh kenop yang membukakan jalan menuju makanan tersebut. Hal itu kemudian terulang kembali dan pada akhirnya si kucing dapat mendapatkan makanan itu dengan cara menyentuh kenop yang ada untuk membuka kanda. Konsep Thorndike pada kelanjutannya berkontribusi dalam menciptakan beberapa dalil, yakni :
|
Ivan Pavlov | Menurut Pavlov, pembelajaran terjadi melalui proses yang bernama classical conditioning. Jadi ada dua jenis stimulus, alami dan buatan. Ketika seseorang atau sebuah subyek mendapatkan dua stimulus tersebut berkali-kali, maka ia akan memunculkan suatu respon. Untuk menjelaskan hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari kembali hasil eksperimen dari Pavlov terhadap seekor anjing. Jadi Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai bahan penelitiannya. Ia mengemukakan empat tahapan, yakni ;
Pada akhirnya Pavlov menemukan hubungan antara dua stimulus yang saling bersamaan akan menciptakan suatu respon. Tentu ini adalah hal yang sangat berharga, khususnya bagi dunia pendidikan. |
Burrhus Frederic Skinner | Skinner menggunakan merpati dan tikus dalam percobaannya. Ia menemukan banyak hal yang berharga, khususnya konsep tentang respondent conditioning dan operant conditioning, dua hal berharga dalam dua pendidikan. Respondent conditioning sendiri masih terkait dengan Ivan Pavlov, dimana pembelajar diberikan stimulus yang sudah terkondisikan. Misal, dalam kasus percobaan anjing, air liur keluar ketika diberi makanan. Ini hal yang natural karena respon untuk menerima makanan. Operant conditioning lebih ke arah pemberian stimulus berupa reward dan punishment untuk bisa memberikan pengertian kepada peserta didik apa yang 'seharusnya dilakukan' dan apa yang seharusnya 'tidak dilakukan'. |
Penerapan Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Teori belajar behavioristik telah memberikan kontribusi besar dalam dunia pendidikan di seluruh belahan bumi, meski kemudian konsep ini dianggap kuno dan ketinggalan jaman.
Beberapa penerapan teori pendidikan behaviorisme antara lain dapat dilihat dari contoh-contoh kasus berikut yang memang jamak ditemukan di lapangan :
- Pemberian pujian kepada seorang siswa yang dengan cepat dan tepat mampu menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh guru.
- Sekolah memberi penghargaan kepada siswa yang di akhir tahun ajaran mendapatkan nilai terbaik serta skor kedisiplinan yang tinggi untuk menjadi contoh bagi siswa lainnya.
- Seorang guru menegur siswa yang berkali-kali terlambat masuk kelas karena ternyata ia jajan keluar kompleks sekolah. Tujuan teguran ini diberikan agar siswa menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.
- Sekolah memberikan peringatan tertulis kepada siswa yang ketahuan merokok di kamar mandi pada waktu jam pelajaran masih berlangsung. Sekolah juga memanggil orang tua siswa yang bersangkutan untuk membicarakan hal ini.
- Guru memberikan suatu model pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus, seperti berbaris sebelum masuk kelas atau mengakhiri pembelajaran dengan berdoa. Kebiasaan ini pada akhirnya akan membentuk perilaku.
Pada teori behaviorisme, ada beberapa model pembelajaran atau metode ajar yang cocok untuk digunakan, meski tentu saja tidak mutlak dan tetap harus mempertimbangkan banyak faktor yang menyertainya.
Beberapa model atau metode pembelajaran yang sesuai dengan teori behavioristik antara lain :
- Master Companionship
- Teacher - Preacher Model
- Teacher - Librarian Model
- Model pembelajaran berbasis asrama
- Direct Instruction
- Workshop
- Metode Belajar TPR
- Metode Belajar Drilling
- Metode Belajar Resitasi
- Metode Belajar Dictation
Untuk mengetahui berbaga macam model dan metode pembelajaran secara lebih lengkap, baca artikel berikut ini :
200 Macam Metode Pembelajaran Berserta Contoh
25 Model Pembelajaran Terbaik Saat Ini
Kelebihan Teori Behaviorisme
Setidaknya ada empat kelebihan utama dari teori belajar ini, yang mana juga umurnya sudah sangat tua serta tetap menjadi fokus perhatian dari pada akademisi sampai detik ini :
Pertama, behaviorisme memberikan penjelasan yang lugas dan terang benderang mengenai adanya keterkaitan atara stimulus dan respon, dua hal yang nampaknya menjadi bagian penting dari teori ini.
Kedua, behaviorisme mengajarkan untuk menyediakan kondisi dimana peserta didik dibiasakan hal-hal yang baik secara rutin dan terus menerus yang mana dengan hal itu akan membentuk perilaku mereka.
Ketiga, bahaviorisme menyadari perlunya pemberian reward dan punishment untuk menyadarkan siswa mengenai hal yang baik dan buruk.
Keempat, behaviorisme memberikan motivasi kepada guru untuk menjadi disiplin dalam melaksanakan pembelajaran sebagaimana seharusnya seorang pendidik, misal dengan kewajiban segera mengkoreksi hasil kerja siswa, tidak ragu memuji siswa yang menunjukkan performa yang baik ataupun memberikan stimulus dengan cara membiasakan hal-hal yang baik secara terus menerus.
Kekurangan Teori Behaviorisme
Meski demikian, ada cukup banyak kritik yang datang kepada konsep belajar behavioristik, dimana memang itu merupakan hal yang wajar demi memperkaya khazanah keilmuan dari waktu ke waktu.
- Teori behaviorisme dianggap sangat teacher-centered dan ini memang sangat bisa dimaklumi, khususnya jika melihat pelaksanaan di lapangan.
- Kurangnya memberikan kesempatan pada siswa untuk berproses atau melakukan proses inkuiri, yakni menemukan konsep-konsep yang ada dengan pemahaman mereka sendiri.
- Hanya cocok untuk kelas kecil yang memang perlu diberikan framework yang jelas dan cenderung kaku.
- Berpotensi membuat guru cenderung tidak menghargai kreativitas siswa.
- Berpotensi membuat guru cenderung otoriter.
- Pembiasaan terus-menerus akan membuat siswa bosan, khususnya kepada guru yang kaku dan tidak inovatif.
Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN | SARAN |
|
|
Referensi dan Bacaan Lebih Lanjut
- Penjelasan Lengkap Teori Behaviorisme - https://adifunlearning.blogspot.com/2019/06/penjelasan-lengkap-teori-behavioristik.html
- PENGERTIAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME MENURUT AHLI - https://maglearning.id/2021/11/21/pengertian-teori-belajar-behaviorisme-menurut-ahli/
- Teori Belajar Psikologi Menurut Para Ahli - Khanza Savitra - https://dosenpsikologi.com/teori-belajar-behavioristik
- What is behaviorism? - https://www.verywellmind.com/behavioral-psychology-4157183
- Classical Conditioning by Ivan Pavlov - https://itp.psikologi.ui.ac.id/2017/07/03/classical-conditioning-by-ivan-pavlov/
Posting Komentar untuk "Teori Belajar Behaviorisme, Pengertian dan Penerapannya"