Mengenal Macam-Macam Gaya Belajar Anak, Apakah Benar Ada?
Setiap anak merupakan pribadi yang unik sehingga mereka memiliki ciri khas masing-masing, termasuk gaya belajar. Ada anak yang lebih suka mengikuti pembelajaran yang melibatkan aksi langsung, gerak fisik ataupun menyanyi, namun ada juga yang menyukai ketenangan.
Studi mengenai gaya belajar ini sudah lama dikembangkan sejak para pendidik menyadari bahwa setiap anak punya tipe belajar yang berbeda.
Apakah Benar Anak Punya Gaya Belajar Berbeda yang Terlampau Ekstrim Satu dengan Lainnya?
macam-macam jenis gaya belajar siswa |
Dalam sebuah artikel menarik berjudul The Learning Styles Educational Neuromyth: Lack of Agreement Between Teachers' Judgments, Self-Assessment, and Students' Intelligence yang dipublikasikan melalui website Frontiers, Marietta Papadatou-Pastou membuka tulisannya mengenai begitu langkanya basis teoritik mengenai gaya belajar ini.
Meski Papadatou-Pastou telah memberikan penjelasan yang cukup baik mengenai adanya perbedaaan gaya belajar siswa tersebut, dengan memberikan semacam daftar pertanyaan berisi tiga opsi untuk dijawab oleh mereka (auditori, kinestetik dan visual), namun rasanya belum menjangkau inti dari kritik terhadap kontroversi keberadaan gaya belajar ini: yaitu basis teoritik yang jelas.
Julie Henry, jurnalis dari Telegraph, menulis sebuah artikel bernada satir untuk menanggapi isu mengenai gaya belajar ini. Melalui artikelnya yang sangat fantastik berjudul Professor pans 'learning style' teaching method, Henry mengulas pendapat dari Baronesse Grenfield, seorang profesor di Oxford University mengenai hal ini.
Dalam tulisannya, termuat bagaimana Profesor Greenfield 'dengan lantang' mengatakan bahwa sangat kurang bukti untuk menyatakan dengan tegas adanya gaya belajar siswa dan bagaimana ia mengatakan melakukan pembelajaran berbasis isu tersebut sangat membuang-buang waktu.
Salah satu bagian yang menarik untuk dipertimbangkan, khususnya bagi para pendidik tanah air yang gemar mendengar pelatihan-pelatihan tentang VAK (visual, auditori dan kinestetik) adalah sebagai berikut:
"The rationale for employing Vak learning styles appears to be weak. After more than 30 years of educational research in to learning styles there is no independent evidence that Vak, or indeed any other learning style inventory, has any direct educational benefits."
Tentu ini menarik karena Profesor Greenfield tidak sendirian. Banyak psikolog pendidikan telah menunjukkan bahwa ada sedikit bukti untuk efektivitas sebagian besar model gaya belajar, dan selanjutnya, bahwa model-model tersebut sering didasarkan pada landasan teoritis yang meragukan.
Menurut profesor dan tokoh dunia pendidikan Steven Stahl, telah terjadi "kegagalan total untuk menemukan bahwa menilai gaya belajar anak-anak dan mencocokkan dengan metode pembelajaran memiliki efek apa pun pada pembelajaran mereka."
Profesor pendidikan Guy Claxton telah mempertanyakan sejauh mana gaya belajar seperti VARK membantu, terutama karena mereka cenderung memberi label pada anak-anak dan oleh karena itu membatasi pembelajaran.
Demikian pula, psikolog Kris Vasquez menyoroti sejumlah masalah dengan gaya belajar, termasuk kurangnya bukti empiris bahwa gaya belajar bermanfaat dalam mencapai prestasi siswa, tetapi juga kekhawatirannya yang lebih serius bahwa penggunaan gaya belajar di kelas dapat membuat siswa mengembangkan teori-teori implisit yang membatasi diri tentang diri mereka sendiri yang dapat menjadi ramalan diri yang menjadi kenyataan yang merugikan, daripada bermanfaat, untuk tujuan melayani keragaman siswa."
Pendapat dari tiga ahli terakhir bisa dijelajahi lebih lanjut di artikel Wikipedia, khususnya yang membahas counter-counter mengenai gaya belajar.
Kritik Keras Atas Asumsi Berlebihan terkait Gaya Belajar Siswa
Untuk bacaan lebih menohok, silahkan luangkan waktu dan nikmati tulisan cukup panjang namun berbobot dari Lynn Curry melalui opini dan argumennya yang termuat dalam tulisan berjudul A Critique On The Research Of Learning Styles.
Kredit dan penghormatan wajib disematkan pada Lynn Curry, terlepas apakah tulisan cadasnya tersebut menerbitkan kontroversi berikutnya atau tidak.
Tulisan lain yang seharusnya wajib dibaca serta diulas, baik oleh para calon sarjana FKIP dan dosen-dosen yang menilai isu ini penting adalah dari James Villanueva, yang salah satu sumber referensinya juga mengacu pada Lynn Curry.
Nuansa yang ada di publikasi Villanueva yang merupakan alumni West Point itu seharusnya cukup memantik gelora ingin tahu untuk menelisik lebih lanjut mengeni mitos-mitos di dunia pendidikan dan pedagogi. Dalam Learning Styles: Persistent Myth or A Concept with Merit? itu, Villanueva akan menjelaskan banyak hal, baik itu latar belakang maupun landasan dari argumen-argumennya terkait isu macam-macam gaya belajar siswa.
Macam-Macam Gaya Belajar Anak
Sekarang sampailah kita pada poin untuk membahas macam-macam gaya belajar siswa yang katanya harus difasilitasi sedemikian rupa melalui model pembelajaran berdiferensiasi, meskipun untuk isu mengenai koneksi dua hal tersebut layaknya dibahas di kesempatan yang lain.
Dalam banyak sumber, dibahas tiga jenis utama dari macam-macam gaya belajar anak. Sedang di sumber yang lain mencatat ada empat, dimana jenis yang terakhir adalah gabungan dari tiga tipe lainnya. Jenis-jenis gaya belajar tersebut adalah:
- Auditori
- Visual
- Kinestetik
- Gabungan
Tipe-tipe belajar anak merupakan konsep yang penting dalam bidang psikologi dan pedagogi untuk memahami bagaimana anak-anak memproses informasi dan belajar dengan cara yang berbeda-beda. Berdasarkan penelitian oleh para ahli, ada beberapa tipe belajar anak yang umum dikenal, yaitu:
Tipe belajar visual mencakup anak-anak yang lebih suka belajar melalui gambar, diagram, dan ilustrasi. Mereka cenderung memahami dan mengingat informasi dengan lebih baik ketika disajikan dalam bentuk visual. Penelitian menunjukkan bahwa otak manusia dapat memproses informasi visual dengan lebih efisien daripada informasi verbal atau tulisan.
Anak-anak dengan tipe belajar auditif lebih memilih belajar melalui pendengaran. Mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik melalui pengucapan kata-kata, ceramah, dan pembicaraan. Bagi mereka, mendengarkan materi pelajaran secara verbal atau menjelaskan konsep-konsep secara lisan lebih efektif daripada membaca teks atau melihat gambar.
Tipe belajar kinestetik melibatkan gerakan fisik atau pengalaman langsung. Anak-anak dengan tipe belajar ini lebih baik memahami materi pelajaran ketika mereka dapat menggerakkan tubuh atau berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang terkait dengan pembelajaran. Misalnya, mereka mungkin memerlukan eksperimen langsung, proyek praktikum, atau permainan peran untuk memperkuat pemahaman mereka.
Beberapa anak mungkin memiliki preferensi belajar yang kombinasi dari dua atau lebih tipe di atas. Mereka dapat merespons dengan baik terhadap berbagai metode pengajaran yang melibatkan elemen visual, auditif, dan kinestetik. Pendekatan belajar multimodal memungkinkan anak-anak untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dengan menggabungkan berbagai jenis stimuli.
Pemahaman tentang tipe-tipe belajar anak membantu guru dan orang tua dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan memperhatikan kebutuhan individual setiap anak. Namun, penting untuk diingat bahwa preferensi belajar anak dapat berubah seiring waktu dan bahwa pendekatan yang beragam seringkali lebih efektif dalam memfasilitasi pembelajaran yang komprehensif dan berkelanjutan.
Sedangkan jika mengambil sumber dari Teacher Made melalui laman mereka berjudul Multimodal Learning vs Learning Styles, maka akan didapatkan daftar yang sedikit berbeda, yaitu: kinestetik, visual, auditori dan membaca/menulis.
Mana yang lebih menari, atau mana yang lebih benar, maka itu semua tergantung dari sudut pandang yang diambil.
Beberapa Poin Penting terkait Isu Gaya Belajar Siswa
Secara singkat, berikut adalah uraian mengenai kontroversi isu gaya belajar siswa dimana hal ini mengundang kritik dari banyak ahli:
- Pelabelan. Jika penerapan klasifikasi gaya belajar ini dilakukan secara serampangan, maka bisa jadi terjadi pelabelan yang sembrono dari guru kepada siswa mengenai cara belajar yang harus mereka lakukan.
- Siswa bisa menjadi tidak optimal dalam mengeksplorasi potensi diri mereka karena mereka terdoktrin adalah sosok dengan gaya belajar tertentu.
- Pada dasarnya, sesuai dengan waktu, siswa akan menjadi lebih bijak untuk mengikuti pembelajaran sehingga bisa dicurigai bahwa penggolongan macam gaya belajar ini tidak tepat.
- Tidak semua mata pelajaran atau topik pembelajaran harus dilakukan dengan cara yang terkait pembelajaran VAK.
Variasi Gaya Belajar Vs Teori Kecerdasan Majemuk
teori gaya belajar dan kecerdasan majemuk |
Akhirnya saat membicarakan perihal gaya belajar ini, ada baiknya untuk mengingat kritik atas teori kecerdasan majemuk dari Howard Gardner yang cukup fenomenal.
Benarkah ada delapan kecerdasan majemuk (direvisi di kemudian hari menjadi sembilan) dan seperti apa bakat atau takdir tersebut bisa disebut potensi yang wajib dituruti? Ada anekdot yang menyatakan bahwa sangat tidak bijak mengajari ikan untuk terbang mapun memanjat pohon tetapi ingatlah bahwa siswa bukanlah ikan. Mereka lebih kompleks dan berharga untuk disimplifikasi ke dalam anekdot itu.
Salam Pendidikan!
Disclaimer: Tulisan ini dibuat dengan penghormatan penuh pada semua tokoh-tokoh yang sudah disebut yang bisa jadi karya-karya mereka sangat asing bagi para pendidik di Indonesia, termasuk mungkin saja para calon guru yang menulis skripsi terkait isu ini dan menempatkan karya-karya akademik tersebut dalam daftar pustaka.
Esai Edukasi sebagai website pendidikan memandang perlu bagi pembaca untuk meluangkan waktu mengunjungi sumber-sumber di atas yang mana memang berisi argumen serta opini berbobot yang diharapkan mampu lebih memberikan warna bagi perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. (esaiedukasi.com)
Posting Komentar untuk "Mengenal Macam-Macam Gaya Belajar Anak, Apakah Benar Ada?"